Anime genre seinen memang sangat berbeda dengan shounen, di mana seinen ditujukan untuk remaja yang beranjak dewasa, yaitu mereka yang berusia 19 hingga 50 tahun. Anime seinen sering kali memiliki jalan cerita yang lebih kompleks dan dibumbui dengan konten berorientasi dewasa dibandingkan dengan anime bergenre shounen.
Genre anime seinen pertama kali dipopulerkan oleh anime Berserk, digarap oleh studio OLM pada tahun 1997. Berserk memiliki tema dark fantasy, horor, gore, dan petualangan yang dibumbui dengan romansa. Bahkan, Berserk tidak hanya menjadi kiblat bagi anime seinen modern, tetapi juga menginspirasi game populer seperti Dark Souls. Namun, anime seinen tidak begitu disukai seperti anime shounen. Apa yang menjadi alasan anime genre seinen tidak sepopuler shounen? Yuk, simak ulasan singkat di bawah ini!
1. Karakter utama yang tidak naif
Kebanyakan karakter utama anime seinen memiliki sifat yang “anti-naif,” yaitu bersedia melakukan apa pun untuk mencapai tujuan mereka tanpa rasa belas kasih. Biasanya, karakter utama seinen tidak segan-segan untuk membunuh demi mencapai keinginannya.
Sifat anti-naif ini bisa menjadi pedang bermata dua, di mana hanya sedikit orang yang menyukai karakter seperti itu. Berbeda dengan karakter utama dalam anime shounen yang cenderung memiliki sifat naif—baik hati, penolong, ceria, dan sering kali mengampuni musuhnya. Sifat naif seperti ini banyak disukai karena menggambarkan karakter pahlawan yang ideal.
2. Alur cerita yang terlalu rumit dan kompleks
Anime seinen memang memiliki alur cerita yang lebih rumit dan kompleks dibandingkan dengan anime shounen. Ceritanya sering kali cukup berat dan sulit dipahami oleh remaja yang belum dewasa. Contohnya, anime Berserk yang mengangkat tema-tema seperti agama, politik, psikologi, dan dilema moral yang rumit.
Sementara itu, anime shounen biasanya memiliki cerita yang lebih ringan. Misalnya, anime Naruto yang mengusung tema pertarungan antar desa—cerita yang relatif mudah dicerna oleh semua kalangan usia, berbeda dengan anime seinen yang lebih mendalam dan berat.
3. Karakter utama yang tidak memiliki jurus dan kekuatan overpower
Kebanyakan karakter utama dalam anime shounen memiliki jurus atau kekuatan yang overpower dengan tampilan yang berwarna dan mencolok. Misalnya, Rasengan milik Naruto, Kamehameha milik Goku, serta perubahan bentuk yang keren seperti Naruto dengan mode Bijuu atau Okarun dengan mode yokainya yang terlihat sangat badass membuat banyak orang menyukainya.
Sementara itu, karakter dalam anime seinen biasanya memiliki kekuatan yang tidak terlalu overpower, dan bentuk perubahan mereka pun cenderung biasa saja. Anime seinen lebih mengutamakan realisme dan koreografi pertarungan yang tampak nyata, meskipun tetap dikemas dalam visual anime yang menarik.
4. Grafik visual yang lebih realistis
Anime genre seinen seperti Berserk, Vinland Saga, dan Kingdom lebih mengedepankan visual yang realistis dan mengurangi penggunaan efek-efek berwarna cerah. Dengan tampilan yang lebih sederhana, anime seinen cenderung terasa lebih natural dan tidak terlalu berlebihan dalam penggunaan warna.
Tone warna yang digunakan dalam anime seinen biasanya lebih mendekati warna asli dunia nyata, sehingga memberi kesan serius dan realistis. Hal ini berbeda dengan anime shounen yang sering menggunakan warna-warna cerah untuk menarik perhatian dan menciptakan efek visual dramatis yang memanjakan mata.
5. Kurangnya promosi dan pemasaran
Industri anime lebih sering mempromosikan anime shounen karena genre ini lebih mudah diterima oleh pasar lebih luas dan memiliki potensi keuntungan lebih besar. Anime shounen sering kali menjadi pilihan utama untuk promosi besar-besaran, karena dapat menarik berbagai kalangan penonton.
Sementara itu, anime seinen cenderung kurang mendapatkan perhatian yang sama dalam hal promosi. Anime seinen sering tidak memiliki merchandise, mainan, atau kampanye promosi besar-besaran seperti anime shounen, yang membuatnya kurang dikenal oleh sebagian besar audiens.
Meskipun anime seinen memiliki kualitas cerita lebih kompleks dan visual tone lebih realistis, anime genre seinen tidak sepopuler shounen karena alur cerita yang berat, karakter utamanya cenderung anti-naif, dan promosi tidak besar-besaran. Anime shounen dinilai yang lebih ringan, penuh dengan aksi dramatis, serta karakter yang lebih mudah diterima, tetap mendominasi pasar dan berhasil menarik lebih banyak penggemar. Meski demikian, bagi penonton yang mencari cerita lebih serius dan bertemakan dewasa, genre seinen tetap menjadi pilihan yang tepat walau mungkin tidak begitu dikenal luas.